The Diversity of Fern Species (Pteridophyta) Based on the Height in the Mountain Route to the Galang District of Toli Toli And it’s Development As a Learning Medium
DOI:
https://doi.org/10.22487/j25490192.2020.v4.i2.pp84-93Keywords:
Tumbuhan Paku, Keanekaragaman Jenis, Ketinggian Tempat, Media Pembelajaran.Abstract
Metode yang digunakan adalah metode survei dimana tehnik pengambilan data menggunakan metode plot tunggal. Plot berukuran 20 m x 20 m pada setiap setasiun pengamatan atau tiap penambahan ketinggian tempat sebanyak 100 m dpl pada jalur pengamatan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling, dan dibagi 9 bagian berdasarkan ketinggian dari ketinggian 500 – 1.300 m dpl. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada setiap ketinggian mulai dari ketinggian 500 m dpl, 600 m dpl, 700 m dpl, 800 m dpl, 900 m dpl, 1000 m dpl, 1100 m dpl, 1200 m dpl, dan 1300 m dpl di sepanjang jalur pendakian Gunung Galang Kabupaten Tolitoli, diperoleh 16 jenis tumbuhan paku. Pada ketinggian 500 m dpl indeks keanekaragaman sebesar -1,590311843 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya sedang, pada ketinggian 600 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar -1,358459538 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya sedang, pada ketinggian 700 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar -1,094911993 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya sedang, pada ketinggian 800 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar -1,06245397 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya sedang, pada ketinggian 900 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar -1,013445907 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya sedang, pada ketinggian 1.000 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar -1,075604164 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya sedang, pada ketinggian 1.100 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar -0,9529371 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya rendah, pada ketinggian 1.200 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar -0,598269589 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya rendah, pada ketinggian 1.300 m dpl nilai indeks keanekaragaman sebesar 0 ini dikategorikan keanekaragaman jenisnya rendah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan Indeks keanekaragaman tumbuhan paku berdasarkan ketinggian di jalur pendakian Gunung Galang Kabupaten Tolitoli menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat dari permukaan laut.
Downloads
References
Abdiyani, S. (2008). Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat di dataran tinggi Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5(1), 81-82.
Akhiarif. (2011). Keanekaragaman.mahluk hidup. Diakses 27 Desember 2018, dari http://id.shvoong.com/writing-and speaking/2121955-keaneragaman mahluk hidup.
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta.
Arini, D. I. D. & Kinho, J. (2012). Keragaman jenis tumbuhan paku (pteridophyta) di cagar alam gunung ambang sulawesi utara. BPK Manado,2(1): 18-19.
Astuti, M. J., Murningsih, M., & Jumari, J. (2018). Keanekaragaman jenis tumbuhan paku (pteridophyta) di jalur pendakian selo kawasan taman nasional gunung Merbabu Jawa Tengah. Jurnal Bioma, 20(1), 25-30.
Aththorick, T. A., Pasaribu, N., & Yulinda. (2005). Komposisi dan stratifikasi makroepifit di hutan wisata tangkahan taman nasional gunung Leuser Kabupaten Langkat. Jurnal Komunikasi Penelitian, 17(2), 1-8.
Aththorick, T. A, Etti, S. S., & Hartati, Sri. (2007). Kekayaan jenis makroepifit di hutan telaga taman nasional gunung Leuser (TNGL) Kabupaten Langkat. Jurnal Biologi Sumatera,2(1), 12-16.
Barbour, M. G., Burk, J. H., & Pitts, W. D. (1987). Terrestrial plant ecology. Secound edition. Menio Park, California: The Benjamin/ Cumming Publishing Company Inc.
Darma, I. D. P., & Peneng, I. N. (2007). Inventarisasi tumbuhan paku di kawasan taman nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba Timur, Waingapu, NTT, Biodiversitas, 8(3), 242-248.
Efendi, F.Z. (2013). Studi inventarisasi keanekaragaman tumbuhan paku di kawasan wisata Coban Rondo Kabupaten Malang. Jurnal Cugito Ergo Sum, 2(13), 173-188.
Fachrul, M. F. (2007). Metode sampling bioekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hartini, S. (2010). Inventarisasi flora di kebun raya Samosir Sumatera Utara. Ekologia,10(1),.23-30.
Hartini, S. (2011). Tumbuhan paku di beberapa kawasan hutan di taman nasional Kepulauan Togean dan upaya konservasinya di kebun raya Bogor, Berk. Penelitian. Hayati Edisi Khusus, 7A, 35–40.
Hartini, S. (2006). Tumbuhan paku di cagar alam Sago Malintang, Sumatra Barat dan aklimatisasinya di kebun raya Bogor, Biodiversitas,7(3), 230-236.
Holttum, R. E. (1967). A revised of malaya, fern of malaya. Singapore: Goverment Printing Office.
Loveless, A. R. (1989). Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropik 2. Jakarta: PT Gramedia.
Lubis, S. R. (2009). Keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan wisata alam taman eden kabupaten toba samosir provinsi sumatera utara. Tessis Tidak Diterbitkan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Medan.
Mapaseto. (2015). Laporan hasil pendakian gunung galang. Laporan Mahasiswa Pecinta Alam STIE Tolitoli.
Mason, C. F. (1980). Ecology. Second edition. Longman Inc. USA. New York.
MuellerDombois, D. (1974). Aim and methods of vegetation ecology. New York: Jhon wiley.
Neiburger, M., Edinger, J. G., & Bonner, W.D., (1995). Memahami lingkungan atmosfer kita. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung.
Nurchayati, N. 2010. Hubungan kekerabatan beberapa spesies tumbuhan paku famili polypodiaceae ditinjau dari karakter morfologi sporofit Jurnal Ilmiah Progressif, 7(9), 9-18.
Nurhayati. (2013). Struktur komunitas tumbuhan paku (pteridophyta) di kawasan danau tambing taman nasional lore lindu dan pengembangannya sebagai media pembelajaran. Tessis, Tidak Diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Tadulako.
Odum, E. P. (1996). Dasar-dasar ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada University press.
Piggott. A. G. (1988). Ferns of Malaysia in colour. Malaysia: Tropical press SDN. BHD Kuala Lumpur.
Prawirowardoyo, S. (1996). Meteorologi. Penerbit ITB. Bandung.
Prastyo, S. A. (2015). Identifikasi tumbuhan paku epifit pada batang tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) di lingkungan Universitas Brawijaya. Jurnal Produksi Tanaman, 3(15), 65-74.
Romaidi., Solika, M., & Minarno, E. B. (2012). Jenis-jenis paku epifit dan tumbuhan inangnya di tahura ronggo soeryo cangar. El-Hayah, 3(1), 8-15.
Sastrapradja, S., & Afriastini, J. J. (1985). Kerabat paku herbarium bogoriense. Bogor.
Sastrapradja, S., Afriastini, J. J., Darnaedi, D., & Wijaya, E. A. (1997). Jenis paku Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Indonesia – LIPI Bogor.
Setyawan, A. D. (2000). Tumbuhan epifit pada tegakan pohon schima wallichii (D.C.) korth. di gunung Lawu. Biodiversitas, 1(1), 14-20.
Sujalu, A. P. (2007). Identifikasi keanekaragaman paku-pakuan (pteridophyta) epifit pada hutan bekas tebangan di hutan penelitian Malinau - CIFOR seturan. Media Konservasi, 12(1), 38-48.
Sunarmi., & Sarwono. (2004). Inventarisasi tumbuhan paku di daerah Malang, Berkala Penelitian. Hayati, 10(1), 71-74.
Tjitrosomo, S. S. (1983). Botani umum 1. Bandung: Penerbit Angkasa.
Tjitrosoepomo, G. (1989). Taksonomi tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2020 Author
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.